Kenangan Bermain di Masa Kecil


Faktaanak.com - Ini hanyalah lahan yang tak kurang dari 12x12 meter. Tak ada kabel, taka da layar lebar, takada charger maupun handphone karena kami belm mengenal benda benda itu. Disini dimana aku dan kawan kawanku berlarian. Tersandung, tertelungkup, berguling, sampai bertabrakan, lahan ini lah yang menjadi saksi bisu kegembiraan kami.

Kegembiraan di dalam Permainan

Beralasakn permadani hijau-coklat, beratapkan langit biru. Disini kami bermain  dengan gembiranya.

 “Cublak cublak suweng, suwenge teng gelenter, mambu ketudhung gudel, pak empo lera-lere. Sopo ngguyu ndhelikake, Sir-sir pong dele kopong, Sir-sir pong dele kopong, sir-sir pong dele kopong.”

Bermain hanya membutuhkan batu kecil seebagai peralatannya. Tak mahal, tak perlu mengeluarkan uang. Tertawa dan menertawakan kesalahan teman adalah andalan dari permainan ini.

Lahan Permainan yang Menghilang

Namun lambat laun, lahan kami mulai tergerus karena pembangunan. Kami pun pindah bermain dijalanan kampung. Ketika sore menjelang adalah waktu yag tepat untuk bermain. Tak jarang kami ditegur oleh pengendara yang lewat. Ingin rasanya berkata, 

“Pak, Bu, kami tidak punya tempat lagi untuk bermain maaf bila kami berisik dan mengganggu.”

Sayang tak satupun dari kami berani melakukaknnya. 

Tak terasa azan maghrib berkumandang. Itu adalah bel kami untuk masuk rumah. Namun kami tidaklah langsung berdiam diri di rumah. Kami hanya mengambil mukena dan sajadah, lalu bersama sama pergi ke masjid. Pak imamnya belum datang jadi kami berlarian ke sana kemari. Saking senangnya pernah sandalku sampai tercebur ke dalam got dan kami beramai ramai berusaha mengambil sandalku. 

Masa Kecil Adalah Bermain

Bermain, bermain, dan bermain. Itulah yang kami lakukan. Berlari tertawa lalu jauth dan menangis adalah hal-hal indah yang kami lakukan. Namun, lambat laun kawanku mulai lebih suka berada di dalam rumah dan menonton acara anak yang mulai tersiar. Acara yang mendidik dan juga menyita waktu bermain kami. Tapi, kami tetap bisa bermain disore hari, walaupun tak sesering dulu.

Kami terus tumbuh dengan keceriaan. Sampai suatu benda elektronik yang muali kami kenal, ya komputer. Hal yang benar benar nyaris menghilangkan waktu bermain kami. Pulang pergi ke warnet kami habisakan untuk bemain game online. Bahkan Sosmed mulai dimainkan.

Modernisasi Mengakibatkan Perubahan

Sekarang kata bermain di kamus kami berubah arti menjadi menatap layar kaca. Ada layar untuk menonton, bermain, ditambah layar untuk disentuh. Lambat laun, bermain sekarang memang tinggal memegang benda berbentuk kotak yang ringan namun multifungsi. 

Kiranya itulah perjalanan “bermain”ku sebagai seorang anak. Kini kami telah berjalan dengan pilihan masing-masing. Hanya bertemu ketika bertadarus Quran di Bulan Suci. Setelah itu, seperti kata ibuku, kami bagaikan orang tak saling kenal. Jarang bertemu jarang pula saling sapa. Para layar kaca memang telah mengambil dunia kami.

Sungguh ingin rasanya mengulang kenangan indah itu. Mengulang kembali keceriaan yang terkenang. Kenangan menjadi seorang bocah polos yang tak mengenal kata selain kata bermain.

Demikianlah tulisan Kenangan Bermain di Masa Kecil yang saya buat, mohon maaf jika ada kesalahan dan terdapat kata-kata yang kurang berkenan di hati pembaca semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi para pembaca. Penulis dalam artikel ini adalah Devani Nariratya Putri.Trimakasih.

Belum ada Komentar untuk "Kenangan Bermain di Masa Kecil"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel