Hilangnya Moral dan Budaya Bangsa pada Anak Indonesia


Faktaanak.com - Jumlah penduduk Indonesia setiap tahun semakin bertambah. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia saat ini adalah 1,49%. Berdasarkan data yang disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) RI Tjahjo Kumolo, jumlah penduduk Indonesia per 30 Juni 2016 sebanyak 257.912.349 jiwa. Pada tahun 2014 penduduk Indonesia mencapai mencapai 252,2 juta jiwa, dan sekitar 82,85 juta jiwa (32,9 persen) diantaranya adalah anak-anak usia 0-17 tahun (BPS, 2015). Dapat dikatakan bahwa sepertiga penduduk Indonesia merupakan golongan anak-anak dimana kondisi saat ini menjadi dasar penting bagi pengambilan kebijakan yang tepat bagi anak yang merupakan penerus bangsa. 

Namun dibidang ketenagakerjaan, masih ada 2,7 juta jiwa atau 7,06 persen anak berumur 10-17 tahun yang bekerja dan sebesar 39,48 persen anak berumur 7-17 tahun putus sekolah yang disebabkan karena tidak adanya biaya, 9,77 persen karena bekerja, 3,92 persen karena sekolah jauh, 4,86 persen karena menikah atau mengurus rumahtangga, dan sisanya karena alasan lainnya.

Dunia Anak Adalah Dunia Menyenangkan

Masa anak-anak merupakan masa yang paling menyenangkan dalam hidup. Dunia anak-anak merupakan dunia bermain dengan teman sebayanya untuk mengenal lingkungan sekitarnya. Dulu, sebelum teknologi semakin canggih, anak-anak bermain bebas di alam, di rumah sesuai dengan budaya daerah dan jenis permainan yang popular saat itu. Berbagai permainan tradisional Indonesia yang sering dimainkan misalnya congklak yang dimainkan oleh 2 orang, petak umpet, engklek, egrang, bekel, pletokan, layangan, mobil-mobilan dari kulit jeruk bali dan lainya. Namun saat ini dengan semakin mudahnya mendapatkan gadget, permainan tradisional Indonesia mulai tergeser oleh game online yang lebih menarik dan dapat diakses di handphone dengan mudah. 

Permainan Tradisional

Masikah Anda melihat anak-anak di Indonesia yang memainkan permainan tradisional khas Indonesia? 

Mungkin anda pernah melihat beberapa kelompok anak kecil di pedalaman memainkan permainan tradisional tersebut, tetapi sebagian besar anak Indonesia sudah diberi gadget oleh orang tuanya. Padahal permainan tradisional Indonesia mengasikkan dan memiliki manfaat bagi perkembangan anak seperti melatih kreativitas anak, belajar sportifitas menerima kekalahan dan saling menghargai, melatih kepercayaan diri, tanggung jawab dan lainya. Permainan tradisional Indonesia juga memiliki makna dan nilai filosofi misalnya pada permainan congklak, lubang pada congklak ibarat jumlah hari di mana masing-masing memiliki peluang yang sama dan juga dimaknai bahwa tiap hari yang kita jalani akan memengaruhi hari selanjutnya sekaligus hari dan kehidupan orang lain (Asrianti & Aminah, 2016).   

Peran Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak

Pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Peran orang tua sangat diperlukan dalam masa perkembangan anak. Saat ini orang tua sibuk bekerja dengan alasan mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Memang hal tersebut tidaklah salah. Namun sebaiknya orang tua setidaknya harus memiliki waktu dengan anak dan jangan berikan anak pada pengasuh atau memberi gadget pada anak agar duduk diam tanpa mereptokan orang tuanya. Orang tua dalam keluarga merupakan pendidik pertama bagi anak-anak sehingga orang tua harus mengenalkan lingkungan alam pada anaknya, mengajarkan sikap dan perilaku yang baik. Didikan orang tua tercermin dari sikap dan perilaku anak dimasyarakat. Anak-anak yang mendapat perhatian dari orang tuanya memiliki pola pikir yang berbeda dengan anak yang kurang mendapat perhatian (kurang diajak bicara, diberi gadget). Kurangnya perhatian pada anak menyebabkan perilaku agresif, tidak mau bersosialisasi, stress, memengaruhi karakter pemberontak pada anak, kepedulian terhadap sekitar yang rendah dan anak akan mencari perhatian lain dengan bersikap kasar serta seks bebas. 

Tuntutan Orang Tua

Tuntutan orang tua yang menginginkan anaknya mempelajari berbagai hal dengan cepat dan harus menjadi juara juga menyebabkan anak stress dan merasa tertekan. Tidak heran jika saat ini banyak sekali kekerasan yang melibatkan anak usia sekolah dasar akibat pengaruh game online dengan misi membunuh. Selain itu, saat ini kehidupan anak-anak merasa terancam dengan adanya kasus pemerkosaan anak dibawah umur. 

Kasus pemerkosaan tidak memandang entah itu orang luar, keluarga maupun ayah dan ibu kandung sendiri. Selain kasus pemerkosaan, anak-anak sudah mengenal istilah “pacaran” yang dengan mudah ditunjukan kepada publik saat berpelukan atau berciuman yang tidak pantas dilakukan. Hal itu disebabkan karena kurangnya pengawasan dan kontrol orang tua pada penggunaan gadget dan siaran televisi yang berbau dewasa sehingga anak-anak dapat mengakses situs dewasa dan menerapkannya di kehidupan. 

Membentuk Moral Anak

Anak merupakan investasi yang berguna bagi masa depan Negara Indonesia. Oleh karena itu kita semua dari pihak manapun harus mengoptimalkan usaha membentuk moral anak, sikap dan perilaku anak serta mengajarkan budaya Indonesia kepada anak agar Indonesia menjadi Negara yang maju dengan budaya Indonesia tetap ada dan dikenal di dunia internasional. 

Demikianlah tulisan Hilangnya Moral dan Budaya Bangsa pada Anak Indonesia yang saya buat, mohon maaf jika ada kesalahan dan terdapat kata-kata yang kurang berkenan di hati pembaca semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi para pembaca. Penulis dalam artikel ini adalah Tabita Yuni Susanto.Trimakasih.

Daftar Pustaka:

Asrianti, S., & Aminah, A. N. (2016). Yuk Simak Filosofi Permainan Tradisional Berikut. Jakarta: Republika.co.id.
BPS, B. P. (2015). Profil Anak Indonesia 2015. Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA).

1 Komentar untuk "Hilangnya Moral dan Budaya Bangsa pada Anak Indonesia"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel