Mendidik Anak Secara Kreatif di Zaman Produktif


Faktaanak.com - Anak adalah wujud hadiah kasih sayang dari Tuhan yang dititipkan dalam rahim seorang wanita yang dapat dipercayai-Nya. Anak akan tumbuh dan berkembang secara fisik dengan seiring bertambahnya waktu dan dibarengi pula oleh pembentukan sikap serta watak anak. Masa kembang anak paling rentan  yaitu saat anak menginjak usia balita. 

Mendidik Anak dengan Cara Kreatif

Otak anak akan senantiasa memproses dan merekam apa saja yang dilihat dan didengarnya. Apalagi zaman super canggih saat ini, segala informasi dapat diketahui tanpa harus melakukan observasi. Jadi, bagi para bunda dan ayah, harus extra memperhatikan apa yang dilihat dan apa yang didengarkan oleh sang buah hati. Nah untuk itu, bagi para orang tua diharus mendidik anak sejak dini dengan pedidikan moral serta budi pekerti yanng baik. Berikut cara mendidik anak dengan kreatif :

Mendidik dengan Demokratif

Demokratis sendiri dalam artian politik dapat diartikan sebagai suara seseorang diperhatikan dalam pengambilan suatu kebijakan. Dalam hal mendidik ibaratnya, suara yang harus diperhatikan itu adalah suara anak sedangkan pembuat kebijakan itu orang tua. Dalam artian yang lebih mudah, orang tua mempertimbangkan suara anak dalam pembuatan tata tertib di keluarga. Anak memberikan pendapat kepada orang tua bahwa dia ingin seperti ini, orang tua juga harus memperhatikan suara anak. Sehingga keputusan yang dibuat memiliki unsur keadilan. Jika anak melanggar tata tertib tersebut anak harus mendapatkan hukuman. Tetapi hukuman tersebut tidak memberatkan dan tidak mengandung unsur kekerasan fisik pada anak. Nah dari sini, anak akan belajar tentang keadilan, kedisiplinan, dan sikap patuh dari proses terbentuknya tata tertib tersebut.


Pegenalan Terhadap Agama

Ketaatan dalam beribadah merupakan penilaian awal seserorang terhadap kepribadian orang lain. Agama juga merupakan tembok penghalang terkuat sesorang untuk melakukan perbuatan keji dan munkar. Jadi, bagi orang tua diwajibkan menerapkan nilai-nilai agama dalam setiap perilaku anak. Contoh kecil saja seperti membaca doa sebelum dan sesudah makan. Sepele memang tapi itu bisa menjadi kebiasaan baik bagi anak untuk menampilkan wujud rasa syukur atas adanya makanan. Kemudian, mengajak anak dalam kegiatan keagamaan. Biasanya anak- anak akan cenderung selalu mengikuti kemana orangtua nya pergi. Untuk para bunda, jangan larang anak untuk ikut. Ajaklah selagi anak ingin, jika anak kerap kali dilarang maka ia juga akan bosan untuk meminta. Imbasnya terlihat sewaktu dewasa ia akan enggan diajak . Bunda pasti tidak ingin bahwa saat dewasa nanti, saat kita ingin mengajak anak kita pergi dia malah enggan untuk diajak. 

Prinsip Orang Tua Adalah Sahabat Anak

Bukan hanya prinsip semata bunda, kita harus menerapkan secara nyata bahwa orangtua sahabat terbaik bagi anak. Terapkan nilai keterbukaan pada anak. Jadilah orangtua yang  mendengarkan segala keluh kesah anak di sekolah, dengarlah luapan kebahagiaan anak saat mendapatkan sesuatu, selalu setia ada saat anak membutuhkan kasih sayang.  Hal ini dapat menambahkan keakraban anak terhadap orantuanya dan anak tidak akan merasa canggung dan takut menceritakan segala masalah yang dihadapinya. Biasanya hal ini terjadi pada saat anak-anak sudah menginjak masa pubertas.

Bukan Melarang Tapi Membatasi Penggunaan  Gadget

Di zaman sekarang tidak mungkin untuk hidup tanpa menggunakan teknologi. Tapi tidak bagus juga menggunakan teknologi secara berlebihan. Hindari anak dari penggunaan teknologi tanpa mengenal waktu. Untuk belajar oke oke saja, tapi untuk hal hal tak penting dan hanya buang-buang waktu sebaiknya dibatasi. Kalau hanya sekali sekali tak papa tapi  jangan sampai kecanduan. Jika anak sudah terlanjur kecanduan teknologi seperti main game, ajaklah anak untuk bermain di luar seperti main layang-layang, petak umpat, lompat tali atau bersepeda. Jangan takut mengajak anak keluar dengan alasan di luar kotor dan tidak sehat. Dengan bermain diluar, anak diajak untuk meningkatkan rasa sosial, cinta lingkungan dan lebih mengeksplor dunia luar dengan adanya pengawasan dari orang tua. Selain menurunkan rasa sosial anak ,teknologi  mengandung banyak hal yang positif dan negatif. Bagi anak-anak sulit membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Jadi saat anak  menggunakan internet, orang tua harus senantiasa mendampingi anak.

Mengisi Hari Libur sebagai Hari Keluarga

Ubahlah hari libur yang biasanya untuk bermalas-malasan seperti tidur diubah menjadi rekreasi keluarga. Pasti anak ada kalanya jenuh berada di rumah dan lelah bersekolah. Jadikan hari libur ini menjadi hari orangtua dengan anak. Ajaklah rekreasi, tunjukkanlah dunia luar. Rekreasi juga dapat menjadi metode baru mengenalkan alam pada sang buah hati, selain itu juga dapat mendekatkan orang tua dengan anak. Tidak perlu jalan-jalan yang mahal kok, di sekitar rumah juga bisa asalkan hati anak senang. Rekreasi juga bisa meningkatkan  mood  yang semula sudah turun.

Penjarakan kata “ Jangan” dan “Tidak”

Jika anak salah, jangan membentak anak. Jika anak ingin melakukan sesuatu, hindari kata jangan. Jika anak menginginkan sesuatu , penjarakan kata tidak. Selagi apa yang dilakukan, apa yang diinginkan tidak buruk dan tidak melanggar ketetuan agama.  Menurut sebuah penelitian, bentakan orang tua akan mematikan ribuan bahkan sel dalam otak anak. Tentu bunda dan ayah tak ingin itu terjadi. Gantilah kata kata kasar tersebut dengan kata yang lebih positif. Jika anak melakukan kesalahan maka beritahulah dia bahwa ia kurang benar dan yan benar harusnya seperti ini, dengan penggunaan intonasi yang lemah lembut.

Ingat Anak Adalah Duplikat Orang Tua dan Bahayanya Lingkungan Luar

Anak adalah duplikat atau tiruan perilaku orang tua. Peribahasanya “buah jatuh tak jauh dari pohonnya“ sekiranya seperti itu. Saat anak memasuki masa-masa balita, otak sedang berkembang dengan pesatnya. Senantiasa anak merekam dan meniru apa yang ia lihat dan apa yang ia dengar. Buktinya anak menyebut  “ibu” saat di diajari berbicara. Sehingga orang tua harus menunjukan hal positif saja bagi anak. Jangan sampai orang tua mempertunjukkan kekerasan di mata anak.  

Kalau bukan atas kebiasaan orang tua mungkin saja pengaruh dari lingkungannya. Sekarang banyak pemberitaan anak-anak SD melakukan tindak kekerasan terhadap temannya. Kemudian, yang baru-baru ini viral, seorang pelajar yang membunuh gurunya sendiri karena salah pahaman. Bukankah miris, seorang guru yang harusnya disayangi dan dihormati harus dibunuh muridnya sendiri. Salah pergaulan juga salah satu faktor pembentikan sikap dan watak anak.

Ajari Anak Kata Ajaib “Maaf” dan “Terimakasih”

Kata maaf dan terimakasih merupakan kata yang sangat bermakna namun sulit dikatakan. Mengapa bisa seperti itu? balik lagi pada anak adalah duplikat orang tua. Jika orang tua sering mengucapkan kata aaf dan terimakasih pastilah anak mengikutinya. Ajari kata “ Maaf” saat melakukan salah. Jangan ajarkan anak lari dari tanggung jawab, tetapi ajarkan jika berbuat harus menanggung resiko. Kata “terimakasih” saat mendapatkan sesuatu ataupun mendpat bantuan dari seseorang. Bagi orangtua jangan pernah merasa malu saat mengatakan maaf dan terimakasih kepada anak. Biasanya orang tua menganggap bahwa sudah sepatutnya orang tua selalu benar dan derajatnya lebih tinggi. Ini pendapat yang salah, wahai para orang tua tekanlah egomu. Ego tinggi tak mendapat buah apapun.

Demikianlah tulisan Mendidik Anak Secara Kreatif di Zaman Produktif yang saya buat, mohon maaf jika ada kesalahan dan terdapat kata-kata yang kurang berkenan di hati pembaca semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi para pembaca. Penulis dalam artikel ini adalah Arumnurrochmi. Trimakasih.

Belum ada Komentar untuk "Mendidik Anak Secara Kreatif di Zaman Produktif"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel