Jadi Anak Pertama, Gimana Rasanya?


Faktaanak.com - Pasangan yang baru menikah pasti sangat menunggu-nunggu hadirnya anak pertama dalam keluarga baru mereka. Momen kehadiran anak pertama selalu mempunyai kesan yang lebih spesial ketimbang kehadiran anak kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Mengapa? Di momen itu, si pasangan baru sama sekali tak punya pengalaman dalam mengurus anak. Mulai dari memberi makan, memandikan, mengganti popok, sampai cara menenangkan si kecil saat rewel. 

Nah, itu dari segi pandang pasangan baru. Lalu, kalau dari segi pandang si anak pertama itu sendiri gimana ya?

Pengalaman sebagai Anak Pertama

Bercerita berdasarkan pengalaman saya sebagai anak pertama, anak pertama itu suka mendapat perhatian lebih daripada adik-adiknya. Mungkin merasa kuper ia melakukan berbagai cara untuk caper, terutama kepada ayah ibunya. Kebanyakan anak pertama merasa tersaingi atau bahkan tersingkirkan ketika ada berita lahirnya adik meski sebenarnya tak seperti itu.

“Aku anak pertama yang akan dapatkan apapun yang aku inginkan”. Biasanya, ada rasa demikian di hati kecil anak pertama saat ia dalam masa menggemaskannya dan belum punya adik. Dalam masa itu, mayoritas orang tua merasa antusias memanjakan, memenuhi semua keinginan si anak pertama. Boneka, mobil-mobilan, es krim, dan lainnya cukup mudah didapat hanya dengan kata ”aku mau ini!”

Anak Pertama Adalah Pengemban Tanggungjawab

Meski banyak orang tua yang mengkomplain sifat jelek anak pertamanya, faktanya, ada rasa tersembunyi dalam benak si anak pertama. Mereka merasa mengemban tanggungjawab paling besar daripada adik-adiknya. Dari tanggungjawab untuk menjaga adik saat dititipi orang tua sampai tanggungjawab mengurus orang tua saat mereka dewasa nanti. Apalagi, bila si anak pertama itu berperan pula sebagai anak terakhir alias anak semata wayang.

Anak Pertama sebagai Anak Tertua

Anak pertama otomatis pula menjadi anak tertua dari saudara-saudaranya. Seperti raja yang diberi mahkota, anak pertama merasa berkuasa memerintah adik-adiknya mulai dari hal sepele seperti mengambilkan gelas minum di dapur. Tak jarang pula saat anak pertama disuruh oleh ibu seperti membelikan sesuatu atau bantu beres-beres, ia malah menyalurkan perintah itu ke adiknya. Istilah nge-trend-nya bossy.

Panutan Para Adik

Tidak sedikit anak kedua dan seterusnya yang meniru apa-apa yang dikatakan dan dilakukan oleh anak pertama. Mau tak mau, anak pertama sebagai panutan adiknya mesti menjaga setiap perkataan dan perbuatannya. Salah langkah bisa membuat adik-adiknya salah pergaulan. Lebih parah lagi jika si anak pertama ini dicap sebagai panutan buruk oleh orang tuanya.

Kasih Sayang yang Belum Terbagi

Semua orang tua di penjuru dunia pasti memberikan porsi kasih sayang yang sama rata untuk anak-anaknya. Tapi, bagi anak pertama ada masa dimana semua cinta ayah dan ibu hanya tercurah untuknya saja, masa sebelum kedatangan anak kedua. Si anak pertama setidaknya pernah merasakan kasih sayang yang belum terbagi. Beda dengan si anak kedua, ketiga, dan seterusnya yang tak akan pernah merasakan itu.

Ikhlas Berbagi Kasih Sayang

Sewaktu masih sendiri, apapun yang diberikan atau dibelikan oleh ayah ibu, akan menjadi milik anak pertama sepenuhnya. Mulai dari es krim, kue, dan mainan. Kebanyakan saat itu, si anak tak kenal istilah berbagi. Tapi begitu muncul adik, ikhlas tak ikhlas ia harus belajar berbagi bersama. Semakin banyak adik yang ia punya, semakin berat pula untuk berbagi.

Dari banyak dampak negatif dan positif menjadi anak pertama, tentu pernah timbul rasa iri dengan adik-adiknya hingga timbul keinginan atau pengharapan untuk bertukar posisi menjadi anak kedua, ketiga, atau seterusnya.

Sangat gembira menikmati hidup bersama bertiga, begitu mendengar kabar akan hadirnya adik baru, membuat anak pertama merasa kesal pada awalnya. Batin kecilnya sebal campur aduk, seperti “Kenapa ada adik segala!”,”Aku tak butuh adik baru!”, atau bahkan “Aku benci adik!”. Namun, saat malaikat kecil baru terlahir di dunia, lama-kelamaan si anak pertama ini luluh dan pada akhirnya timbul rasa sangat sayang.

Ide Unik untuk Hiburan

Berikutnya, bohong bila si anak pertama tidak pernah menjahili atau membodohi adik-adiknya yang masih kecil dan polos. Ada-ada saja cara anak pertama untuk mencari hiburannya sendiri. Mulai dari menageti adik dari balik pintu, menakuti mereka saat mati lampu, menceritakan kisah monster di bawah kasur atau di dalam lemari pada malam hari, dan masih banyak lagi ide-ide brilian lainnya.

Kesan Menjadi Anak Pertama

Jadi sebenarnya bila ditanya bagaimana kesan menjadi anak pertama, jawabannya campur aduk. Ada momen membahagiakan, menyedihkan, menjengkelkan, dan sebagainya. Yang pada intinya, baik anak pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya itu sama saja di mata ayah dan ibu. Sama-sama anak tersayang mereka.

Demikianlah tulisan Jadi Anak Pertama, Gimana Rasanya? yang saya buat, mohon maaf jika ada kesalahan dan terdapat kata-kata yang kurang berkenan di hati pembaca semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi para pembaca. Penulis dalam artikel ini adalah Angelia Vina Rahyanica. Trimakasih.

Belum ada Komentar untuk "Jadi Anak Pertama, Gimana Rasanya?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel